kami tidak selalu bersama..

tapi… ketika kebersamaan itu tiba semua waktu akan habis untuk tertawa, bercerita, berkhayal dan mimpi…

kami pernah

berjanji…

pada usia 25 semua telah menikah dan berkeluarga … hah janji yang berat tapi tetap akan dikejar walau umur mulai kadaluarsa..

kami mengontrak rumah yang sama…

rumah kecil di perantauan, yang membuat kami tetap bersama..

rumah sederhana di tanah bekas tsunami, yang suatu waktu sepi tanpa penghuni…

mereka bukan sahabat…..

tapi lebih dari itu…

saudara, teman, adik abang, saudara angkat atau istilah kekeluargaan apapun….

masih belum cukup untuk mengartikannya…

Menghabiskan waktu setelah kejar mengejar dengan deadline produksi akhirnya bisa nyantai juga huh..hah..huh!!!, pertama bingung mau kemana, tapi yang namanya pecinta laut dan suara ombaknya tetap aja tujuan nyantai ke “laut”, Lampuuk menjadi pilihan karena perut juga lapar sekalian mau makan ikan bakarnya nyam..nyam!!.

sampai di lampuuk udah kesorean ya sekitar jam 6 lewat, pengunjung udah mulai sedikit tapi gak akan mengurangi semangatku dan kawan-kawan untuk menikmati sunset dan ikan bakar. kami memesan 2 ikan, satu digoreng satu lagi dipanggang (ikannya besar-besar), pilih tempat pas didepan pantai lampuuk huiihhhhhhh harinya cerah.

lama menunggu pesannya ehh rupanya udah azan magrib, sambil nunggu aku memilih untuk shalat setelah bertanya sama yang jualan aku ditunjuk ke sebuah Mushala yang baru siap dibangun. aku sempat bingung dari arahan si abang jualan, “abang boleh shalat disini, dimushala juga boleh tapi gak ada orang disitu.” aku cuma bertanya dalam hati Kok bisa??

aku jalan ke Mushala, asli bangunan baru yang indah itu betul-betul sepi, gelap tanpa kehidupan. aku berwudhu disumur (belom ada tempat wudhu) merinding juga karena suasananya senyap apalagi ni tempatkan luluh lantak dihantam tsunami dulu plus banyak mayat yang berserakan disekitarnya.

setelah berwudhu aku bersiap-siap masuk kemushala, didepan pintu tiba-tiba aku melihat seorang bapak yang turun dari motornya, kalau dilihat dari perlengkapan yang dibawanya aku bisa menebak kalau si bapak baru selesai mancing. nah, disaat itu juga terjadi sapa menyapa, dimulai dengan pertanyaanku yang coba memulai percakapan “mau mancing pak?” hahahaha basi!!! kalau orang bawa pancingan ya pasti lah mau mancing masak mau main bulutangkis!. dengan ramah sibapak menjawab pertanyaan-pertanyaanku dan dari logatnya aku juga bisa tau kalau bapak bukan orang aceh mungkin sunda, sampai akhirnya giliran si bapak bertanya ” mau shalat ya?”, ku jawab iya, pertanyaan kedua sibapak membuat aku terkejut, “pendatang juga dik?” karena kaget dibarengin dengan perut lapar aku spontan menjawab “iya pak!!”, ya aku memang pendatang di Banda aceh dari sebuah kabupaten di kawasan barat Aceh (tebak aja sendiri!!!). nah pertanyaan selanjutnya ni yang buat aku lebih shock lagi!!. “orang Acehnya mana ya? kok gak ada yang shalat magrib?”. aku gak bisa menjawab cuma bisa diam dan langsung ambil posisi untuk shalat.

mungkin ini kebingunan bagi mereka yang baru melihat aceh, provinsi yang terparah terkena hantaman gempa dan tsunami, ternyata belum cukup menjadi pelajaran atau pengingat.

kita sering menghabiskan waktu untuk bersantai dan menghabiskan waktu ditempat-tempat yang indah seperti pantai atau pegunungan. sayangnya kita juga terlalu sering lalai menikmatinya sampai-sampai kita lupa untuk bersyukur kepada yang menciptakannya….

Kota langsa… sebuah kota yang minim akan tempat wisata, bisa di katakan tidak ada sama sekali. Padahal potensi alam dan tempat wisatanya bisa di perdayakan.

Dulu…ada sebuah tempat wisata yang terkenal tak jauh dari seputaran kota, dengan menggunakan kendaraan atau berjalan kaki, tempat ini bisa di tempuh hanya dalam waktu beberapa menit saja. terdapat di desa suka ramai, pondok kemuning kota langsa. Sebuah tempat yang mirip dengan taman air, hampir seluas 2ha, dan masih terlihat keindahan-keindahan yang tersisa.

Selimbat namanya. Sebuah kolam renang peninggalan zaman belanda ini dulu amat ramai dan di jadikan tepat wisata. Banyak pengunjung yang menjadikannya tempat untuk berkumpul bersama keluarga, sahabat, dan lainnya. Dikarnakan suasana selimbat yang begitu bersahabat. Menawarkan keindahan, keceriaan, ketenangan dan kesejukan alam sekitar. Membuat selimbat selalu dikunjungi, Begitulah suasana selimbat.

Bukan hanya pengunjung yang bisa menikmati wisata taman air kolam selimbat ini, tapi beberapa warga sekitar pun ikut mengambil keuntungan darinya. Beberapa warga sekitar dengan sengaja membuka tempat berjualan sebagai tempat mencari nafkah. Tak heran kalau tempat wisata ini sangat ramai dulunya.

Tapi…. suasana itu tak bertahan lama, keramaian para pengunjung dan warga sekitar perlahan sepi dan hanyut di telan konflik berkepanjangan di aceh. Hening… Sepi…dan mencekam merubah menyelimuti aura selimbat yang penuh keceriaan.

Tidak ada yang merawat, tidak ada yang bertanggung jawab dan tidak ada yang bekunjung lagi. Kian hari selimbat tinggal nama dan kenangan.

Saat konflik terjadi di aceh, selimbat berubah fungsi, dengan adanya kolam renang dan tempat yang strategis, orang yang tidak bertanggung jawab sengaja menjadikannya sebagai tempat pembuangan mayat yang mati secara tidak wajar.

Hanya Rumput jalar, semak belukar, ditambah beberapa spesies serangga, burung liar dan binatang lainnya yang betah menemani selimbat, sebuah wisata taman air kolam yang telah berubah menjadi tempat pembuanagan mayat, semangkin membuat wisata ini mencekam. Tak ada pengunjung yang mau kesana dalam waktu lama. Jangan kan untuk melihat, melirik pun tidak.

Konflik aceh yang telah hilang bersama dengan penanda tanganan damai aceh MoU Helsinki membawa angin segar untuk masyarakat aceh. Tapi tidak untuk selimbat, tidak ada yang mau tahu lagi keadaannya, bahkan pemerintah daerah pun terlihat cuek.

Warga dan masyarakat yang pernah berkunjung, sangat mendambakan kenangan indah yang hampir terlupakan dari benak mereka terulang lagi bersama bangunnya selimbat yang sudah hampir sepuluh tahun tidak beroprasi. Mereka resah akan mitos yang bertebaran di kalangan masyarakat tentang selimbat. Padahal selimbat angker bukan karena mitosnya, tapi karna suasana yang begitu menyedihkan menjadikannya mati. Seakan-akan menangis…. mengadu…. dimana kejayaanku dulu.

Semua kita berharap selimbat bisa kembali seperti dulu, tempat wisata yang indah dan ramai pengunjung. Kita mungkin bisa berbangga dengan perdamaian, tapi kebanggaan itu akan menjadi berkurang ketika keindahan hanya tinggal kenangan…..

Kota Sigli, salah satu kota favoritku, Sigli dikenal dengan penduduknya yang suka merantau, disetiap daerah di aceh kita akan bertemu dengan orang sigli. Sore itu aku memilih untuk bersantai, setelah selesai melakukan diskusi bersama pendengar Radio Askar Kencana  dan juga anak muda Sigli tentang bagaimana mereka melihat proses perdamaian di Aceh. begitu banyak hal kulakukan belakangan ini sampai tidak ada waktu untuk istirahat, kuliah dengan tugasnya  yang menumpuk, kerjaan dengan deadlinenya yang terus mengejar. tapi aku tidak ingin membuang waktu,  karena aku saat ini sedang memegang sebuah kepercayaan dari orang tuaku dan diriku sendiri, mengejar gelar sarjana!

Ngomong-ngomong tentang kepercayaan, tiba-tiba kupingku mendengar percakapan sekumpulan anak muda yang duduk di meja samping ku. Mereka saling berdebat dan berbagi pendapat, untuk sesaat aku tidak terlalu mendengar pembicaraan mereka, yang terlintas sedikit kalimat pemerintah aceh, bersih dari korupsi dan usaha-usaha. Wahhh aku jadi penasaran, timbul keinginan ku untuk ikut bergabung, paling tidak bisa tambah teman plus informasi. Penawaranku untuk ikut bergabung diterima dengan hangat, aku duduk disamping pemuda bernama hubbalillah, yang ternyata adalah ketua Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI sigli.

Obrolan pun kembali mengalir, hubbalillah dan kawan-kawannya terlihat masih kecewa dengan pemerintahan sekarang ini. Mereka merasa para pemimpin belum betul-betul bisa mengemban amanah dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat. Pemimpin yang seharusnya menjadi tempat mengadu dan mencarikan jalan keluar bagi masalah-masalah rakyatnya, ternyata hanya terlihat sebagai seseorang yang memiliki kekuasaan, tidak lebih.

Hubadilillah mengaku untuk tahun ini tidak terlalu banyak kasus korupsi, tapi masih ada beberapa kasus dari tahun-tahun sebelumnya yang masih belum diselesaikan. Begitu besar uang masyarakat yang hilang, tidak tahu kemana digunakan.

Sebagai mahasiswa, hubadilillah dan kawan-kawan sudah berusaha untuk meneriakkan kebenaran. Mulai dari aksi turun ke jalan, diskusi sampai mengeluarkan pernyataan di media-media. Tapi….. usaha mereka belum cukup, suara mereka masih tidak didengar.

Hari hampir menjelang magrib, satu persatu pengunjung mulai meninggalkan cafe. Aku pun memilih untuk ikut pulang, dalam perjalanan menuju penginapan aku terus teringat dengan obrolan hubadilillah dan kawan-kawannya tadi. Mereka tidak menaruh harapan besar, paling tidak teriakan mereka bisa didengar meski walau hanya sedikit. Menginginkan pemerintahan yang bersih, pemimpin yang bertanggung jawab, mengedepankan keinginan masyarakat, itu bukanlah permintaan yang berlebihan. Sebuah pemerintahan akan terus hidup dengan adanya masyarakat didalamnya, tapi mengapa ketika masyarakatnya menangis hidup dalam kemiskinan, pemerintah seolah-olah menutup mata dan telinga?

Teman-teman biasa memanggilku ai, aku anak ke 2 dari 5 bersaudara. Aku sekarang telah melewati tahun ke 2 dari total 10 tahun masa hukuman ku di lembaga permasyarakatan Aceh tamiang. Narkoba telah mencuri hari-hari bebasku…..

Aku mengenal narkoba ketika masih sekolah menengah atas, saat itu aku hanya mencoba ganja. Beberapa bulan kemudian seorang teman mulai mengajakku mencicipi shabu-shabu. Aku memakai narkoba pada awalnya Cuma untuk melarikan diri dari masalah keluarga yang menimpaku, aku ingin tenang dan bebas. Bertahun-tahun aku jadi pemakai narkoba sampai aku menyelesaikan sekolah menengah di kota tamiang.

Setamat dari SMA, aku mencoba merantau ke ibu kota Jakarta. Aku tinggal bersama kenalan papaku yang seorang dokter diwilayah Jakarta selatan, dan aku mendapat kesempatan bekerja di tempat prakteknya. Kecanduanku dengan narkoba sudah sangat berat, di Jakarta aku berusaha untuk mendapatkan barang itu kembali. Masalahnya saat itu aku tidak punya uang yang cukup untuk membelinya, pikiran jahat mulai mengusaiku, satu persatu barang dokter ditempat praktek aku curi dan ku jual untuk membeli narkoba. Selama tiga bulan aku terus melakukan aksiku, sampai akhirnya aku ketahuan dan diusir dari rumah dokter yang sudah menganggapku sebagai anaknya sendiri.

Setelah aku di usir aku terpaksa menumpang di rumah teman-teman ku, pada disaat itu aku sempat berjanji tidak akan menjadi pemakai lagi. Dalam kebingungan, tiba-tiba seorang teman menawariku pekerjaan menjadi kurir pengantar Narkoba. Aku sempat menolak karena resikonya sangat besar, tapi karena harus mencari uang akhirnya aku menerima tawarannya.

Setahun menjadi kurir narkoba semua berjalan lancar, sampai suatu waktu aku akan mengantarkan barang di kawasan jeruk purut, aku tertangkap dan menjalani hukuman penjaraku yang pertama selama 7 tahun. Tidak seorangpun keluargaku yang tahu kejahatan yang aku lakukan di Jakarta. Hingga aku bebas dan memutuskan untuk kembali ke aceh. Lagi-lagi karena tidak ada ongkos pulang aku terpaksa mencuri handphone seorang ibu-ibu, perbuatan yang kusesali sampai sekarang.

Pertengahan 2006 aku tiba di Aceh, aku sekali lagi berjanji untuk tidak memakai narkoba atau menjadi kurir, aku ingin hidup sebagai orang baik-baik. Aku bertemu dengan teman-teman lama, termasuk dengan teman yang memperkenalkanku dengan narkoba pertama kali. Dia tahu aku tidak punya pekerjaan, dan dia menawarkanku untuk menjadi kurir Narkoba, profesi kotor yang pernah aku geluti. Lagi-lagi Alasan Keuangan yang membuat aku tertarik dan menerima pekerjaan tersebut, aku lupa dengan janji ku pada diri sendiri!

Aku mendapat tugas mengantarkan ganja ke wilayah sumatra utara, usahaku boleh dibilang berhasil. Hingga akhirnya setelah enam bulan, ada yang tidak senang denganku dan membocorkan pengirimanku, aku kembali tertangkap tetap di awal tahun 2007. Dengan semua bukti dan saksi, kali ini menerima hukuman 10 tahun.

Dipenjara ini untuk kesekian kalinya aku berjanji untuk menjauhi Narkoba. 10 tahun diasingkan, membuatku insaf, aku ingin melewati 8 tahun sisa hukumanku dengan terus mengintropeksi dan mengendalikan diriku. Semoga saja nanti ketika aku sudah keluar dari penjara, keluarga dan teman-teman yang pernah aku jahati mau memaafkanku!!

tetap kuat kawanku, belum terlambat untukmu……

Cerita ini dimulai ketika aku menerima ajakan temanku untuk menemaninya pangkas disalah satu salon disudut kota lhokseumawe, sembari menanti giliran, aku memandang ke sekeliling, suasana yang begitu nyaman, hiasan dinding yang indah, warna warni bunga dalam pot yang menyejukkan, dan… pandanganku terhenti pada sosok seseorang, wajahnya ayu, jarinya lentik, padahal aku tau betul kalau dia adalah seorang pria yang berperilaku wanita, orang-orang sering menyebutnya waria. dengan lihai ia memainkan kombinasi sisir dan gunting, diselingi dengan gelak canda dan ocehan-ocehan dalam bahasa yang sangat sulit kumengerti.

Setelah semua pelanggan pulang, aku memberanikan diri untuk mengajaknya bicara, aku ingin mengetahui kisah hidupnya yang menurutku menarik.

Awalnya sulit juga mengajaknya bicara, maklum.. bagi sebagian orang, hal yang tak lazim seperti ini masih dipandang aib, namun dengan usaha pendekatan, akhirnya kami dapat ngobrol panjang lebar, saat itulah kutau namanya alfin atau lebih dikenal dengan panggilan angel, usianya cukup muda, baru 18 tahun.

Menurut alfin, kondisi warianya telah ada sejak lahir, sebab kala ibunya mengandung, ibunya selalu mendambakan kelak bayi dalam kandungannya adalah wanita, namun Allah berhendak lain, bayi itu lahir dengan jenis kelamin pria yang bernama Alfin atau angel.

Kondisi ini diperparah dengan kehidupan sehari-hari alfin kecil yang selalu diperlakukan layaknya seorang wanita, sering dipakaikan rok, berbedak dan bergaul dengan wanita, hal ini terus dijalani alfin bahkan hingga usia sekolah dasar, sampai disini belum ada pemberontakan-pemberontakan. Pahitnya menjadi waria justru mulai dirasakan alfin saat duduk dibangku SMP, saat itu cemoohan dan ejekan teman sekolah seolah menjadi makanan sehari-hari, alfin tidak bisa berbuat apa-apa, sebab ia tidak ingin menyalahkan siapa-siapa atas kondisi tak lazimnya.

Sekarang, setelah tamat Sekolah Menengah Kejuruan, perlakuan-perlakuan yang tidak layakpun masih sering dia dapatkan. Namun untuk mengatasinya, alfin selalu menahan emosi, emosi yang hanya dimiliki seorang wanita, kelembutan dan kemaafan sambil terus menyibukkan diri bergelut dengan pekerjaannya sekarang sebagai pegawai salon. Alfin merasa dirinya sebagai seorang “wanita” ternyata bisa lebih kreativ dan bermanfaat bagi orang banyak. daripada menjadi pria, bisanya tawuran, nongkrong sana-sini dan meraung-raungkan sepeda motor seperti yang terlihat hampir disetiap sudut kota, itulah sebab kenapa hingga kini, alfin lebih memilih menjadi wanita ketimbang pria.

Sejenak kulihat alfin menghela nafas dengan berat, berusaha meredakan emosi yang tadi sempat meluap-luap. Diantara diamnya, aku kembali bertanya, inginkah ia kembali menjadi pria normal? Jawaban yang kuterima bukan sekedar anggukan biasa, tapi sebuah ungkapan perasaan yang membuatku berdecak kagum, bagaimana tidak, ternyata alfin yang baru berusia 18 tahun ini berharap suatu saat kelak, ia bisa menggunakan baju kemeja yang dipadukan dengan celana panjang berbahan katun, rapih layaknya karyawan kantoran, kemudian menikah, punya anak, dan menghabiskan sisa hidupnya sebagai laki-laki bernama alfin bukan angel.

huffff…. sebuah kehidupan yang biasa, tak ada sesuatu yang aneh, unik atau berbeda caraku menjalani kehidupan!

aku makan, minum, mandi semua dengan cara yang biasa…..

bekerja, dari pukul 9 sampai pukul 16.30 sore, sampai dikantor menatap laptop mengerjakan pekerjaan yang biasa, membuat tulisan yang memang biasa, yaaaa… semuanya biasa….

kendaraanku juga sebuah sepeda motor yang biasa, bukan mobil berplat merah dengan pendingin didalamnya, yaahhh hanya sebuah sepeda motor yang kupacu dengan cara biasa, namun kadang juga sedikit luar bisa (ngebut) tergantung keadaan he.he.he

aku memiliki teman, dengan jumlah yang biasa-biasa, bertemu, berdiskusi, ngopi bersama dan tertawa dengan cara yang biasa..

aku berpakaian masih dengan cara yang biasa, tidak memakai jas, berdasi dan dengan sepatu hitam berkilap.

aku juga jatuh cinta seperti yang lain, meski pernah merasakan menjadi seseorang yang luar biasa tapi sekarang tidak lagi, hahhhh bukannya memang biasa terjadi didalam dunia percintaan. mencintai… dicintai… menyakiti…disakiti!!! menunggu ataupun ditunggu… itu memang biasa!!!

namun.. ada waktunya aku menjadi seseorang yang sangat istimewa…..

disaat suara azan berkumandang…. satu persatu panggilan di perdengarkan…

pada saat itu aku begitu istimewa! Allah memanggilku.. Allah menegurku… Allah mengingatkanku….

Aku ingin menghabiskan waktuku di Rumah Allah, melepaskan keluh kesah, memohon dan meminta. karena Allah akan memuliakan orang-orang yang berada di RumahNYA untuk beribadah. aku ingin menjadi orang yang dimuliakan dan diistimewakan itu…

Aku memang menjalani kehidupan yang biasa… Tapi Allah selalu mengingatkanku untuk selalu Ikhlas berjalan….

Aku memiliki hidup yang biasa… Tapi Allah selalu menegurku untuk terus bersyukur, karena dengan bersyukur semua hal yang biasa yang aku lakukan akan menjadi luar biasa nanti….

Alhamdulillah… Syukurku padaMU ya Allah atas kehidupan yang biasa ini….

Suasana Latihan....

Suasana Latihan….

Anda suka musik? Meski dengan selera yang berbeda namun saya yakin musik salah satu bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kita. Berbicara tentang aliran musik, Aceh menjadi salah tempat berkembangnya berbagai aliran. Perdamaian telah membuka jalan masuknya berbagai musik, seperti hip hop, jazz, elektro dan regae, yang sebagian besar dibawakan oleh anak muda. Tapi, tunggu dulu. Apa saya tadi menyebutkan regea? Setahu saya irama musik dari jamaika ini masih belum terlalu banyak peminatnya. Regea memiliki ciri khas tersendiri, easy listening dan gampang untuk diikuti. Musik yang cocok untuk nyantai apalagi kalau mendengarkannya ditepi pantai, mendengarkan suara ombak sambil menikmati es kelapa muda.

Beberapa group regea yang saya kenal adalah black company, Asian Roots, Asian Force dan Jamming. Dan untuk aceh sendiri? ini lah yang ingin saya telusuri. Apakah ada komunitas khusus regae di Aceh? Atau anak muda di aceh hanya sekedar menikmati irama unik ini?

Belum lama ini saya singgah di studio 79 yang terletak dikawasan Ule Kareng Kota Banda Aceh. Katanya, ada sekelompok anak muda yang akan latihan musik, dan musik pilihan mereka adalah Regea. Dan Saya tidak salah dengar, itu memang musik regea. Saat istirahat latihan, saya mengajak Teuku Zulfandri atau yang akrab dipanggil Andi untuk berbincang. Mereka menamakan group musiknya Seuramoe Regea.

Ternyata Seuramoe Regea lahir dari kota Juang Bireun. Andy sebagai pencentus ide mencoba mengenalkan Regea kepada masyarakat Bireuen. Selama setahun andy dan kawan-kawan terus me ”Regea”kan Biruen. Dan pada awal tahun 2005 ia memutuskan untuk hijjrah ke Banda Aceh. beruntungnya ia bertemu dengan beberapa anak muda yang memiliki selera musik yang sama. Hal ini juga yang membuat minatnya untuk memperkenalan regea dikalangan pemuda aceh semakin besar.

Bob Marley, mungkin itu yang teringat di ingatan kita ketika mendengarkan regea. Musik yang menawarkan kesederhanaan tapi banyak mengandung pesan seperti lingkungan, sosial dan yang tidak kalah penting adalah pesan damai. Seuramoe Regea juga tak mau ketinggalan, Penandatangan MoU antara RI dan GAM tahun 2005 telah membuka pintu perdamaian. Melalui nyanyian berirama regea, mereka mencoba menyampaikan pesan-pesan damai. Selain perdamaian, Seuramo Regae bersama komunitas lainnya juga menyuarakan ketidakadilan, dan penebangan hutan di Aceh yang semakin menggila.

Dengan begitu apakah semua orang bisa menerima regea? Belum tentu. Ada sebagian yang memandang regea juga identik dengan hura-hura atau juga hidup bermalas-malasan. Kesan seperti inilah yang ingin dihapuskan oleh Andy dan kawan-kawan melalui Seuramoe Reggae. Boleh dibilang, Regea masih belum mendapat tempat khusus di hati Anak muda Aceh. Maka wajar jika usaha positif yang ingin mereka dalam rangka mealawan ketidakadilan serta mewujudkan pedamaian kita didukung.

Pesan damai yang diartikan oleh Para pelaku komunitas reggae ialah bebas berkarya,bisa menjalankan kehidupan tanpa ketakutan dan ancaman, seperti yang diungkapkan andi pada akhir perbincangan.

Sementara diluar sana banyak aktivis yang berdemo, berteriak-berteriak menuntut keadilan dan perdamaian, sebaliknya Komunitas regea menawarkan cara berbeda. Diiringi musik yang santai, mereka mengkritik, bercerita hingga berpesan.

perang telah usai, Damai membuka jalan pemuda Aceh untuk terus berkarya. Kalau boleh saya menawarkan pilihan ”Mendamaikan dengan regea? atau meregeakan perdamaian?” dengan satu keinginan yaitu damai sekarang untuk selamanya.

ketika melihat lautan saya jadi teringat sebuah lagu yang mengatakan kalau nenek moyang kita seorang pelaut, tapi tahukah kamu selain pelaut ternyata nenek moyang kita dulu juga adalah seorang saudagar, jadi tidak salah kalau didalam darah kita mengalir jiwa seorang pedagang, baik tua maupun muda kalau memiliki modal usaha ni, yang pertama ada dalam pikirannya adalah membuka usaha. perdamaian di aceh telah membuka jalan bagi mereka yang ingin menjadi usahawan, kalau dulu pekerjaan ini didominasi mereka yang berumur 30 tahun keatas namun sekarang pekerjaan satu ini juga mulai dilirik oleh anak muda.

andrea vidyatama contohnya, pemuda 25 tahun ini tertarik menekuni usaha distro, selain untuk mengaplikasikan ilmu yang ia peroleh sebagai lulusan sarjana ekonomi, andrea juga memiliki cita-cita untuk membuka lapangan kerja. Dengan modal yang diperoleh dari orang tua dan rekannya, andrea membuka usaha distro dikawasan ulee kareng banda aceh, orange distro namanya. meski awalnya niat andre tersebut tidak disambut baik orang tuanya, namun,sikap orangtuanya itulah yang menjadi motivasi terbesar dalam hidupnya hingga akhirnya andrea dapat meyakinkan orang tuanya.

bersakit-sakit dahulu bersenang –senang kemudian, pepatah ini mungkin cocok untuk andre. untuk memulai sebuah usaha bukanlah sesuatu yang mudah, pengalaman yang masih minim membuat dia pernah mengalami kejadian buruk. Pernah dia ditipu hanya karena meremehkan sebuah kuitansi pembayaran. Barang yang dia pesan tidak sampai sedangkan uang sudah dibayar. Mau nuntut gak ada bukti karena kuintasinya sudah dibuang. putus asa, mungkin itu sering terjadi ketika usaha yang kita mulai tidak berjalan dengan baik, kesuksesan itu harus di perjuangkan tidak hanya di harapkan saja.

selain andrea, adalagi ni anak muda yang tertarik membuka usaha, namanya yusri. berbeda dengan andrea, yusri memilih untuk bermain dibidang tekhnologi. berbekal modal dari rekannya yusri coba untuk membuka warung internet atau warnet. usaha warnet memang saat ini memiliki prospek yang cukup cerah, sehingga banyak di temui di segala sudut kota banda aceh khususnya, bak jamur di musim hujan. usaha warnet tergolong paling banyak diminati, hal ini lah yang membuat yusri tidak butuh waktu lama untuk menikmati hasil kerja kerasnya.

selain keberhasilan dari usaha, hal utama yang ingin diraih adrea dan yusri adalah kemandirian. mencoba mengubah cara pikir kalau mandiri bukan berarti harus menjadi pegawai negeri, bahkan sebaliknya dengan membuka usaha sendiri andrea dan yusri telah menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.

Usahawan muda di aceh memiliki peluang sukses lebih besar, sekarang tergantung kepada kita bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada, selain itu kondisi keamanan aceh yang terus membaik juga sangat mendukung. jadi tunggu apalagi? kita mau terus melihat orang suskes atau….. mau orang melihat kita menjadi sukses??

Aku bangga terlahir sebagai perempuan, aku selalu bersyukur dengan kodratku. dengan kebanggaan dan syukur inilah aku mencoba untuk mendengarkan atau menyampaikan suara dari kaumku.

Sampai sekarang masih saja ada yang menganggap perempuan sebagai makhluk lemah, hah… sampai kapan pandangan seperti ini bisa hilang?, apa yang harus kami lakukan untuk membuktikan kalau kami juga bisa bekerja, berpikir sampai berkreativitas layaknya kaum adam?.


Masih tersimpan jelas dalam ingatanku ketika konflik melanda aceh dulu, dibeberapa daerah sebagian besar kaum laki-laki memilih untuk pergi keluar daerah dengan alasan takut atau sering mendapat ancaman. dan apa yang terjadi? Perempuan memilih untuk tinggal didesanya, mereka harus berusaha sendiri untuk menafkahi keluarga. kaum perempuan juga sering mendapat ancaman, tapi mereka tetap tinggal diantara ketakutan dentuman bom dan desingan peluru yang suatu waktu siap menggelegar.

Sekarang/ tak terhitung jumlahnya perempuan yang menghidupi keluarganya, mungkin saja suaminya meninggal atau yang lebih buruk dia ditinggal pergi oleh suaminya. pernah kah kami mengeluh? Pantaskah kami dikatakan lemah?, Apakah kejadian itu belum cukup membuktikan kalau kami juga memiliki kekuatan?.

Aku ingin suara kami tidak hanya didengar, tapi juga bisa menjadi pertimbangan dalam suatu keputusan?, apa permintaan kami ini terlalu mahal?. apakah semahal pengorbanan kami yang harus bergegas bangun dari subuh sampai malam hari tanpa istirahat hanya untuk melayani suami dan anak?.

Aku ingin kaum perempuan dihargai pendapatnya, apa permintaan ini juga terlalu tinggi harganya?. setinggi harga perjuangan kami mempertaruhkan nyawa ketika melahirkan calon-calon pemimpin di negeri ini?//

Aku memang tidak bisa membantu dengan materi/ tapi aku memiliki kemampuan dan keyakinan yang besar agar suara kita bisa didengar. bersama kita pasti bisa, jangan pernah takut kalah. anggaplah kekalahan itu adalah awal bagi sebuah kemenangan, bersama kita wujudkan perempuan-perempuan aceh yang mandiri dan sejahtera.

Blog Stats

  • 23,787 hits
May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Flickr Photos